Sejarah Film
Peristiwa di Grand Café Boulevard de Capucines, Paris, Perancis, merupakan pristiwa yang menandai lahirnya film pertama di dunia, hal itu ditandai dengan dipertontonkannya film berbayar pertama kali untuk khalayak umum, dan hal itu terjadi pada tanggal 28 Desember 1895.
Sedangkan di Indonesia, film pertama kali mucul di Betawi yang kini dikenal sebagai kota Jakarta, dan di kota inilah istilah film pertama kali disebut dengan Gambar Idoep. Gambar Idoep ini dipertontonkan pada warga pada tanggal 5 Desember 1990 dan berlangsung di Tanah Abang, kebonjae. Dan film yang pertamakali diputar adalah sebuah film documenter tentang peristiwa yang terjadi di Eropa dan Afrika Selatan, termasuk documenter politik yang berisi gambar Sri Baginda Maha Ratu Belanda bersama Yang Mulia Hertog Hendrig memasuki kota Den Haag.
Beberapa bioskop yang terkenal saat itu antara lain adalah bioskop Rialto di Tanah Abang (kini bioskop Surya) dan di Senen (kini menjadi gedung Wayang Orang Baratha) dan satu lagi bisokop Orion di Glodok. Saat itu bioskop dibedakan berdasarkan ras. Bioskop untuk orang-orang Eropa hanya memutar film dari kalangan mereka. Sedangkan bisokop untuk pribumi dan Tionghoa, memutar film import dan film produksi lokal. Yang unik adalah sebutan untuk bioskop pribumi, yaitu bisokop kelas kambing karena penonton sangat berisik seperti kambing, yang menyebabkan penonton sangat berisik adalah dikarenakan film yang di produksi pada masa itu tidak bersuara dan disebut sebagai film bisu, dan film bicara muncul dan diputar pertama kali di Indonesia pada akhir tahun 1929 dengan judul Fox Follie dan Rainbouw Man. Film produk lokal yang diputar pertama kali di bioskop pribumi berjudul Loetoeng Kasaroeng pada tanggal 31 Desember 1926 dan diputar selama satu minggu hingga tanggal 6 januari 1927.
Pada tahun 1931. Pembuat film lokal mulai mencoba memproduksi film bicara. Percobaan pertama antara lain dilakukan oleh The Teng Chun yang menggarap film perdananya bertajuk Bunga Roos dari Tjikembang. Hingga diatas tahun 1934, munculah nama Albert Balink yang tercatat sebagai orang pertama yang memproduksi film lokal yang sangat laris, dengan judul Terang Boelan.
Pada tahun 80'an, produksi film mulai meningkat dari tahun – tahun sebelumnya menjadi 721 judul film. Begitu juga dengan jumlah aktor dan akris yang juga meningkat pesat. Tema-tema komedi, seks, seks horor dan musik mendominasi produksi film di tahun-tahun 80'an. Sejumlah filmpun sukses besar dalam meraih penonton, Film Catatan Si Boy dan Lupus bahkan dibuat beberapa kali karena sukses meraih untung dari jumlah penonton yang mencapai rekor tersendiri
Dan kini, film Indonesia telah mulai berderak kembali. Beberapa film bahkan booming dengan jumlah penonton yang sangat banyak. Seperti Ada apa dengan Cinta 2, yang membangkitkan kembali industri film Indonesia. Beberapa film lain yang laris manis dan menggiring penonton ke bioskop seperti Hangout yang diproduseri oleh Raditya Dika, Stip dan Pensil, maupun Cek Toko Sebelah yang diproduseri oleh Ernest Prakasa.
Dengan banyaknya variasi dalam berbagai genre film , itu memberikan kesempatan media film menjadi sarana pembelajaran dan motivator bagi masyarakat.
Review materi Presentasi kelompok Film
http://masscommfour.blogspot.co.id/
0 komentar :
Posting Komentar