|
https://issuu.com/infopedas |
Penanaman Makna Media Kepada Khalayak
Surat kabar dan majalah merupakan medium massa yang berguna untuk menyampaikan informasi dan berita kepada khalayak luas. Sebelum teknologi penyiaran dan internet hadir, surat kabar menjadi satu-satunya medium yang dipakai untuk mendapatkan informasi dan berita terkini. Namun, juga perlu disadari bahwa surat kabar memiliki peran penting sebagai satu-satunya media massa kala itu (Biage, 2010).
Surat kabar dan majalah memiliki empat fungsi diantaranya adalah menyiarkan informasi, mendidik audiens, memberikan hiburan, dan mempengaruhi audiens. Pada fungsi mempengaruhi, surat kabar dan majalah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi ini memiliki dampak yang luas terlebih ketika masa teknologi penyiaran dan internet belum hadir. Salah satu bentuk mempengaruhi disini yakni representasi hal yang ada di masyarakat yang dilakukan surat kabar dan majalah yang kemudian dengan mudah membentuk presepsi khalayak (Effendy, 2003).
Menurut Giles dan Middleton (1999) representasi berasal dari kata represent yang terdiri dari tiga arti yaitu to stand in for (melambangkan), to speak or act on behalf of (berbicara atas nama seseorang), dan to re-present (menghadirkan kembali peristiwa yang sudah terjadi).
|
https://www.pinterest.com/pin/67342956898441687/ |
Representasi dapat disimpulkan sebagai cara seorang jurnalis dalam menceritakan kembali keadaan yang ada di masyarakat. Menurut Eriyanto (2011), representasi memiliki dua peran yang berbeda, yakni pertama, apakah sebuah kelompok, seseorang, gagasan ditampilkan sebagaimana semestinya tanpa diburuk-burukan atau dilebih-lebihkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan mulai dari pemilihan kata, kalimat, aksentuasi, foto, yang ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi selalu hadir dalam setiap pemberitaan karena jurnalis menceritakan kembali dan memberikan makna pada setiap realita atau peristiwa menggunakan simbol, gambar, dan bahasa.
Representasi yang sering muncul di surat kabar dan majalah yakni mengenai wanita, etnis, anak, dan LGBT. Wanita menjadi hal yang sering diceritakan ulang dan menciptakan presepsi khalayak yang cukup miris. Hal ini terbukti dari para model wanita di majalah yang nyaris telanjang dengan memajang produk yang sejatinya tidak sesuai. Seperti iklan makanan tetapi latar modelnya seorang wanita seksi dengan bikini. Ini menunjukkan bahwa tubuh wanita direpresentasikan sebagai objek yang menarik untuk dipertontonkan. Selain itu representasi mengenai wanita yang cantik ini juga dilakukan jurnalis dengan berbagai sudut pandang menurut budaya yang ada. Misalnya di budaya Indonesia, wanita cantik yang direpresentasikan terutama pada iklan produk kecantikan yakni seorang wanita langsing dengan kulit putih, hidung mancung, rambut hitam dan lurus, dan sebagainya. Hal ini jelas berbeda dengan ciri fisik mayoritas wanita Indonesia yang berkulit sawo matang, dan rambutnya bergelombang.
|
https://www.pinterest.com/pin/377809856215002268/ |
Berikutnya etnis, etnis menjadi korban stereotip buruk oleh khalayak yang salah satu penyebabnya karena efek representasi media. Di media massa seperti koran dan majalah sering menampilkan etnis dan kebiasaannya yang padahal tidak semua dari etnis tersebut seperti itu. Misalnya etnis Tionghoa sering diceritakan sebagai orang yang pelit dan suka berdagang atau selalu mencari keuntungan. Hal ini kemudian memberikan kerugian bagi sebagian kaum etnis Tionghoa, tak jarang mereka sering dibully pelit atau julukan Cina (makna terselubung dari pelit dan suka cari untung). Selain etnis juga anak, anak sering ditampilkan sebagai sosok yang polos, apa adanya dan sering bertanya. Hal ini ditunjukkan dari beberapa iklan produk susu di majalah dan surat kabar dengan modelnya anak-anak yang sedang belajar dan bertanya atau sekedar memasang wajah bingung (penuh tanya).
Kemudian LGBT merupakan salah satu hal yang sering direpresentasikan oleh media massa. Di surat kabar dan majalah kaum LGBT sering dipaparkan melalui cerita dan gambar sebagai bahan lelucon dan candaan demi hiburan pembaca. Hal ini sungguh mencoret martabat dan hak asasi para kaum LGBT karena ini kemudian memunculkan stereotip bahwa LGBT itu ada sebagai lelucon di masyarakat. Hal ini juga melatarbelakangi dimana kaum LGBT sering tidak diakui keberadaannya. Kemudian dapat disimpulkan bahawa media massa sangat mudah dalam mempengaruhi dan menenamkan makna kepada khalayak luas. Oleh karenanya, sebagai khalayak jangan berpikir sempit dan mudah terjerumus dengan makna yang dibentuk melalui representasi tersebut.
|
https://www.pinterest.com/pin/14636767515498765/ |
Daftar Pustaka:
Biagi, Shirley. (2010). Media/Impact : Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. (2011). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Giles, Judy., dan Middleton, Tim. (1999). Studying culture. Oxford: Oxford University.